TUGAS 6 : PELAPISAN SOSIAL DAN PERSAMAAN DERAJAT
PENGERTIAN
PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan
sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan
atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat). Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim
A. Sorokinbahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap
lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J.
Boumanmenggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa oleh Max Weber.belanda disebut stand, yaitu golongan manusia
yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga
dipakai
SISTEM PELAPISAN
SOSIAL / KASTA DI BALI
Kondisi alam seperti itu disertai pula oleh
sedikit perbedaan antara penduduk pegunungan dengan dataran rendah. Dimana
penduduk dataran tinggi jumlahnya lebih sedikit dan agak terpengaruh oleh
kebudayaan luar, disamping bahasanya yang memang sedikit berbeda dengan bahasa
orang Bali pada umumnya. Kelompok masyarakat
di pegunungan ini lebih suka disebut sebagai orang Aga atau Bali Aga. Untuk
membedakannya maka orang Bali yang lebih
terpengaruh oleh agama Hindu disebut sebagai orang Bali Hindu.
Jumlah populasi suku bangsa Bali
secara keseluruhan pada tahun 1982 adalah sekitar 2,6 juta jiwa. Orang Bali
Hindu tersebar hampir di seluruh dataran Bali .
Bahasanya sendiri terbagi dalam beberapa dialek, yaitu : dialek Buleleng,
Karangasem, Klugkung, Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan dan Jembrana. Bahasa
Bali Hindu mengenal 3 tingkatan pemakaian bahasa, yaitu bahasa Alus, Lumrah
(Madya) dan Bahasa Bali Kasar, berbeda dengan bahasa Bali Aga yang hampir tidak
mengenal tingkatan seperti itu. Akan tetapi sekarang bahsa Bali Alus digunakan
secara resmi oleh hampir semua golonan dalam pergaulan di daerah Bali sendiri.
Sistem garis keturunan dan hubungan
kekerabatan orang Bali berpegang kepada
prinsip patrilineal (purusa)
yang amat dipengaruhi oleh sistem keluarga luar patrilineal yang mereka sebut dadia dan sistem pelapisan sosial yang
disebut wangsa (kasta).
Sehingga mereka terikat ke dalam perkawinan yang bersifat endogami dadaia dan
atau endogami wangsa. Orang-orang yang masih satu kelas (tunggal kawitan, tunggal dadia dantunggal sanggah) sama-sama tinggi tingkatannya. Dalam
perkawinan endogami klen dan kasta ini yang paling ideal adalah antara pasangan
dari anak dua orang laki-laki bersaudara.
Masyarakat Bali Hindu memang terbagi ke dalam
pelapisan sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai yang tiga, yaitu utama,
madya dan nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan Brahmana, kasta
Madya adalah golongan Ksatrya dan kasta nista adalah golongan Waisya. Selain
itu masih ada golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu
golongan Sudra, sering juga mereka disebut jaba wangsa (tidak berkasta). Dari kekuatan sosial
kekerabatannya dapat pula dibedakan atas klen pande, pasek, buganggadan sebagainya.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir smeuanya dipengaruhi oleh
keyakinan mereka kepada agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad
yang lalu. Oleh karena itu studi tentang masyarakat dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistem religi
Hindu. Agama Hindu Darma atau Hindu Jawa yang mereka anut mempercayai Tuhan
Yang Maha Esa dalam konsep Tri Murti, yaitu Tuhan yang mempunyai
tiga wujud: Brahma (Pencipta), Wisnu(Pelindung)
dan Syiwa (Pelebur
Segala yang Ada). Selain itu ada pula beberapa tokoh Dewa yang lebih rendah.
Semuanya perlu di hormati dengan mengadakan upacara dan sesajian. Mereka juga
mengangap penting konsepsi tentang Roh abadi yang disebut Athman,
adanya buah setiap perbuatan (Karmapal),
kelahiran kembali sang jiwa (purnabawa)
dan kebebasan jiwa dari kelahiran kembali (moksa).
Dalam menyelenggarakan pemakaman anggota keluarga orang Bali
selalu melaksanakan tiga tahapan upacara kematian. Pertama, upacara pembakaran
mayat (ngaben), kedua, upacara
penyucian (nyekah) dan ketiga,
upacara ngelinggihang. Ajaran-ajaran di agama
Hindu Darma itu termaktub dalam kitab suci yang disebut Weda.
Pola perkampungan/ permukiman orang Bali dari segi strukturnya dibedakan atas 2 jenis, yaitu
:
Pertama, pola perkampungan mengelompok padat,
pola ini terutama terdapat pada desa-desa di Bali bagian pegunungan. Pola
perkampungan di desa-desa iini bersifat memusat dengan kedudukan desa adat amat
penting dan sentral dalam berbagai segi kehidupan warga desa tersebut
Kedua, pola perkampungan menyebar, pola ini
terutama terdapat pada desa-desa di Bali dataran, dimana baik wilayah maupun
jumlah warga desa disini jauh lebih luas dan lebih besar dari desa-desa
pegunungan. Desa-desa di Bali dataran yang
menunjukkan pola menyebar terbagi lagi dalam kesatuan-kesatuan sosial yang
lebih kecil yang disebut Banjar. Banjar disini pada hakekatnya adalah juga
suatu kesatuan wilayah dan merupakan bagian dari suatu desa dengan memiliki
kesatuan wilayah, ikatan wilayah, ikatan pemujaan, serta perasaan cinta dan
kebanggaan tersendiri.
Tata kehidupan masyarakat Bali
khususnya di Kabupaten Gianyar, secara umum terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1.
Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku, dan
dipengaruhi oleh adanya klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan
disebut Dedia (keturunan), pekurenan, kelompok kekerabatan yang terbentuk
sebagai akibat adanya perkawinan dari anak-anak yang berasal dari suatu
keluarga inti.
2.
Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang
didasarkan atas kesatuan wilayah/ territorial administrasi
(perbekelan/kelurahan) yang pada umumnya terpecah lagi menjadi kesatuan sosial
yang lebih kecil yaitu banjar dan territorial adat. Banjar mengatur hal-hal
yang bersifat keagamaan, adat dan masyarakat lainnya.
Dari sistem kemasyarakatan yang ada ini maka
warga desa bisa masuk menjadi dua keanggotaan warga desa atau satu yaitu :
sistem pemerintahan desa dinas sebagai wilayah administratif dan desa pakraman.
Dari kehidupan masyarakat setempat terdapat pula kelompok-kelompok adat
0 komentar: